Surat cinta Napoleon Bonaparte kepada Josephine de Beauharnais (Sebelum masuk Islam pada 1798 M)
Paris, Desember 1795
Aku terjaga, diriku memikirkanmu penuh. Fotomu, dan senja memabukkan yang kita habiskan bersama kemaren mengacau-balaukan seluruh inderaku. Josephine yang manis, yang tak terbandingkan, betapa ganjil pengaruh keberadaanmu di hatiku! Marahkah kamu? Apa aku melihatmu tengah bersedih? Apa kamu khawatir? .. jiwaku terdra kepedihan, aku tak bisa berhenti menggelisahkanmu, kekasih, tetapi masih saja ada ruang didalam diriku ketika, menuai perasaan besar yang membanjir ini, dari bibirmu, hatimu, kucerap cinta yang melahapku dengan api? Ah! Baru semalam aku tersadar betapa salahnya gambaran dirimu yang dipancarkan oleh fotomu!
Kamu berangkat siang ini; aku akan melihatmu tiga jam kedepan.
Sampai nanti, mio dolce amor, beribu kecupan untukmu; tapi jangan beri aku satupun, sebab mereka akan menggelegakkan gairahku.
...
Musim semi 1797
Kepada Josephine,
Aku tak lagi mencintai
mu; sebaliknya, aku membencimu. Perempuan menyedihkan, keras kepala, sungguh tolol, benar-benar Cinderella. Sama sekali kamu tak pernah bersurat kepadaku, kamu tak mencintai suamimu; kamu tak tahu kegembiraan yang akan melimpahinya jika suratmu datang, tapi kamu bahkan tak bisa menulis enam baris saja untuknya, enam baris yang buru-buru dalam seketika! Lantas apa saja yang kau kerjakan sepanjang hari, Nyonya? Urusan apa yang demikian penting sehingga merebutmu dari waktu untuk menulis kepada kekasihmu yang setia? keterikatan apa bisa menggerahkanmu dan menyingkirkan cinta, yang lembut dan teguh, yang telah kau janjikan kepadanya? Siapa gerangan kekasih baru yang luar biasa itu, yang merengkuh setiap detikmu, menguasai hari-harimu, dan mencegahmu dari mengabdikan perhatianmu kepada suamimu?
mu; sebaliknya, aku membencimu. Perempuan menyedihkan, keras kepala, sungguh tolol, benar-benar Cinderella. Sama sekali kamu tak pernah bersurat kepadaku, kamu tak mencintai suamimu; kamu tak tahu kegembiraan yang akan melimpahinya jika suratmu datang, tapi kamu bahkan tak bisa menulis enam baris saja untuknya, enam baris yang buru-buru dalam seketika! Lantas apa saja yang kau kerjakan sepanjang hari, Nyonya? Urusan apa yang demikian penting sehingga merebutmu dari waktu untuk menulis kepada kekasihmu yang setia? keterikatan apa bisa menggerahkanmu dan menyingkirkan cinta, yang lembut dan teguh, yang telah kau janjikan kepadanya? Siapa gerangan kekasih baru yang luar biasa itu, yang merengkuh setiap detikmu, menguasai hari-harimu, dan mencegahmu dari mengabdikan perhatianmu kepada suamimu?
Waspadalah, Josephine, satu malam indah akan rusak keindahannya, pintu-pintu akan kudobrak. Sesungguhnya, aku khawatir, cinta, sebab tak ada kabar berita darimu; tulislah segera empat lembar surat berisi kata-kata riangmu yang akan mengisi hatiku dengan emosi dan kegembiraan. Aku ingin mendekapmu tak lama lagi, maka waktu itu akan kuhujani kamu dengan berjuta kecupan yang membakar seperti matahari khatulistiwa.
Tak satu haripun kulalui tanpa mencintaimu; tak satu malampun kulewatkan tanpa memelukmu; tak satu malampun kulewatkan tanpa memelukmu; tak pernah sesering ini aku minum secangkir teh tanpa mengutuk ambisi dan harga diri yang memaksaku terpisah diri jiwa yang menggerakkan hidupku.
Ditengah-tengah tugasku, apakah itu dipusat tentara atau semasa menginspeksi kemah-kemah, Josephie-ku yang tercinta tegak sendiri dihatiku, merajah benakku, mengisi pikiran-pikiranku.
Jika aku pergi darimu secepat arus sungai Rhone, itu hanya sebab aku ingin melihatmu lagi secepatnya.
Jika aku bangun dan bekerja tengah malam, Adalah sebab akan mempercepat hitungan hari kedatangan cintaku yang manis.
Pun, dalam suratmu yang bertanggal 23 dan 26. Ventose, kamu memanggilku 'anda'. 'anda' untukmu sendiri!
Ah! Sayang, bagaimana bisa kamu menulis surat semacam itu? betapa dinginnya!
Lalu ada empat hari antara tanggal 23 dan 26; apa yang akan kamu lakukan sampai-sampai membuatmu gagal menulis kepada suamimu?...
Ah... Cintaku, panggilan "Anda" itu, empat hari yang hilang itu, membuatku rindu pada hari yang sudah-sudah, pada keistimewaanku dimatamu. Terkutuklah orang-orang yang bertanggung jawab atas ini! Semoga kelak, sebagai hukuman dan ganjaran, mengalami penghukuman dan kesaksian (yang kudapatkan atas bantuan temanmu) yang kini kualami.
Neraka tak menyakitiku sedalam ini, tidak juga hukuman Furies sedemikian terkutuknya 'anda'! 'anda'!
Ah bagaimana aku bisa bertahan selama seminggu ini? ... Jiwaku mengeras; hatiku terbelenggu dan terhantui oleh fantasi-fantasiku.
Barangkali cintamu telah memudar, tapi kau akan melewati kehilanganmu. Satu hari, kau takkan mencintaiku lagi, setidaknya katakan padaku; maka layaknya aku tahu bagaimana aku sampai pada ketak-beruntungan ini ...selamat jalan, isteriku: luka, suka-cita, harapan, dan bergerak yang menarikku lebih dekat pada hakikat dan dengan degup yang intens seperti guntur bergelegaran. Aku tak meminta cinta abadi darimu, tidak juga kesetiaan. Permintaaku sesederhana kebenaranmu yang jujur tanpa batas.
Hari dimana kamu berkata "Aku tak mencintaimu seperti dulu", akan menandai berakhirnya cintaku dan hari terakhir kehidupanku.Jika hatiku sebanal itu untuk mencintai tanpa batas dicintai, aku akan mencacahnya jadi serpihan.
Josephine! Josephine! Ingatlah apa yang sesekali kukatakan kepadamu: Alam telah menganugerahiku kejantanan dan ketegasa. Berhenti mencintaiku-kah kamu?
Maafkan aku, kecintaan hidupku, batinku tersiksa oleh kekuatan-kekuatan yang berselisih. Hatiku dipenuhi obsesi tentangmu, dipenuhi ketakutan yang membuatku tak berdaya oleh kesedihan... Aku terpukul karena kamu tak memanggil dengan nama. Akan kutunggu kamu menuliskannya.
Dadah! Ah! Jika kamu tak mencintaku sebesar dulu, maka kamu memang tak pernah mencintaiku, dengan begitu, layaknya aku ini orang yang menyedihkan.
Bonaparte
PS: Perang tahun ini berubah tanpa pertanda. Aku telah menjumpai daging, roti, dan makanan hewan mulai dibagikan; kavaleri bersenajataku akan siap bulan Maret.
Bala tentaraku menyiratkan kepercayaan yang implisit kepadaku; kamulah satu-satunya sumber kekecewaanku; kamulah satu-satunya suka cita dan deraan hidupku.
Kukirim cium pada anak-anakmu, yang tak kamu ceritakan. Ya Tuhan! Jika kamu bercerita, suratmu akan setengahnya sepanjang semula. Maka tamu-tamu yang berkunjung pada jam sepuluh pagi tak bisa bersenang hati, sebab telah menjumpaimu. Puan!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar