"Ayah.. Ayah... Aku ingin layang-layang," tiba-tiba aku terhisap kedalam kenangan dua puluh tahun yang lalu: Bocah kecil yang menarik-narik lengan ayahnya sambil menunjuk layang-layang dambaannya. Ada ayah dalam mataku: Tersenyum.
"Tentu saja," kata Ayah, "Ayah akan membelikannya untukmu."
Aku tersenyum bahagia. Ada binar dalam mataku.
"Kamu bisa
menerbangkan layang-layang?"
Tiba-tiba, pertanyaan Ayah memberiku alasan untuk tak terlalu bahagia. Aku menggelengkan kepala, "Tidak," jawabku pendek, datar.
"Kalau begitu, Ayah juga akan memberikanmu angin. Ayah akan mengajakmu ke sawah, ke lapangan, atau ke atap rumah kita. Ayah akan mengajarkanmu menerbangkan layang-layang: Kita akan memegang benangnya bersama-sama dan melihat layang-layang kita terbang jauh di angkasa!"
Seketika, bukan hanya kebahagiaan yang meledak dalam hatiku: Tapi juga cinta!
...dan Ayah tetap tersenyum dalam mataku.
Demikianlah aku mengingat nasihat Ayah. Mudah-mudahan ini sederhana, katanya:
Jangan bercita-cita membelikan rumah untuk istrimu, bercita-citalah untuk tinggal bersama dan hidup berbahagia dengannya: Selama-lamanya.
Jangan berdoa ingin membelikan kendaraan mewah untuk anak-anakmu, berdoalah agar kalian bisa pergi bersama-sama, bertamasya atau berbelanja, dengan bahagia.
Jangan bermimpi ingin memberangkatkan orang tuamu naik haji, bekerjalah sungguh-sungguh dan berangkatlah kalian bersama-sama untuk berbahagia bisa bersujud di rumah Tuhan sebagai keluarga.
Jangan berharap ingin masuk surga agar kelak bisa berbahagia: Masukilah surgamu hari ini dengan bersyukur dan berbahagia.
Mudah-mudahan itu sederhana.
Read more: http://www.fahdisme.com/2012/04/layang-layang.html#ixzz1rdE1Q6Zk
"Tentu saja," kata Ayah, "Ayah akan membelikannya untukmu."
Aku tersenyum bahagia. Ada binar dalam mataku.
"Kamu bisa
menerbangkan layang-layang?"
Tiba-tiba, pertanyaan Ayah memberiku alasan untuk tak terlalu bahagia. Aku menggelengkan kepala, "Tidak," jawabku pendek, datar.
"Kalau begitu, Ayah juga akan memberikanmu angin. Ayah akan mengajakmu ke sawah, ke lapangan, atau ke atap rumah kita. Ayah akan mengajarkanmu menerbangkan layang-layang: Kita akan memegang benangnya bersama-sama dan melihat layang-layang kita terbang jauh di angkasa!"
Seketika, bukan hanya kebahagiaan yang meledak dalam hatiku: Tapi juga cinta!
...dan Ayah tetap tersenyum dalam mataku.
Demikianlah aku mengingat nasihat Ayah. Mudah-mudahan ini sederhana, katanya:
Jangan bercita-cita membelikan rumah untuk istrimu, bercita-citalah untuk tinggal bersama dan hidup berbahagia dengannya: Selama-lamanya.
Jangan berdoa ingin membelikan kendaraan mewah untuk anak-anakmu, berdoalah agar kalian bisa pergi bersama-sama, bertamasya atau berbelanja, dengan bahagia.
Jangan bermimpi ingin memberangkatkan orang tuamu naik haji, bekerjalah sungguh-sungguh dan berangkatlah kalian bersama-sama untuk berbahagia bisa bersujud di rumah Tuhan sebagai keluarga.
Jangan berharap ingin masuk surga agar kelak bisa berbahagia: Masukilah surgamu hari ini dengan bersyukur dan berbahagia.
Mudah-mudahan itu sederhana.
Read more: http://www.fahdisme.com/2012/04/layang-layang.html#ixzz1rdE1Q6Zk
Ahem...
BalasHapus:))